Unimor, Kefamenanu. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Timor menyelenggarakan kuliah umum secara hybrid dengan tema, “Grand Narasi Pembangunan di Perbatasan RI-RDTL dalam Pertarungan Kepentingan Geopolitik dan Geostrategis”. Kuliah umum ini dilaksanakan di Aula Lt. 3 Gedung Kuliah Fakultas Pertanian, Sains, dan Kesehatan, Jumat (14/11/2025). Kuliah umum ini dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unimor, Dekan FISIPOL, Ketua LPMPP, Wakil Dekan I FISIPOL, Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara, Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan, dosen dan mahasiswa prodi Ilmu Administrasi Negara dan juga mahasiswa dari beberapa kampus swasta di Kota Kefamenanu.
Forum kuliah umum ini menghadirkan tiga narasumber lintas sektor: Dr. Didik Iskandar, M.Si. (Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Makassar), Dr. Salesius Vitalis Kolne, M.AP. (Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unimor), dan Maria Rofina Neonbeni, M.Si. (Kepala Bidang Riset dan Inovasi Badan Perencanaan, Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (BAPPERIDA) TTU).
Dekan FISIPOL Unimor, Dr. A.P. Aplonia Pala, S.Sos., M.M., dalam sambutannya menekankan pentingnya kolaborasi antara akademisi dan praktisi. “Kita sama-sama belajar bagaimana caranya kita berkolaborasi dalam organisasi, baik sektor publik, sektor swasta, dan masyarakat untuk kita mendapatkan bekal pada hari-hari mendatang,” ujarnya, seraya mendorong mahasiswa semester akhir memanfaatkan forum untuk mendiskusikan tugas akhir mereka.

Sementara ini Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni yang membuka kegiatan kuliah umum dalam sambutannya menekankan bahwa pembangunan di perbatasan harus fokus pada identitas dan martabat. “Dari sinilah merah putih berkibar, dari sinilah identitas dan martabat kita harus dijaga di kawasan perbatasan,” tegasnya, sembari menyoroti tantangan nyata berupa keterbatasan infrastruktur, kesenjangan ekonomi, serta keunikan hubungan sedarah lintas batas. Ia berharap forum ini melahirkan kebijakan nyata, seraya menegaskan, “Kita harus menunjukkan kepada dunia bahwa kita Indonesia tidak hanya berpusat di Jakarta, dan kuat secara pusat, tetapi kita juga tangguh di perbatasan.”
Dr. Didik sebagai narasumber pertama, membagi pengalaman terkait penelitian kawasan perbatasan dengan tema, “Pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan provinsi Kalimantan Utara 2025-2029”. Beliau berbagi tentang narasi-narasi yang hidup di kawasan perbatasan Kalimantan Utara-Malaysia, dan bisa dijadikan bisa menjadi pembanding untuk narasi di kawasan perbatasan RI-RDTL. Lebih lanjut beliau membahas kebijakan afirmatif ini, yang mana lebih menekankan percepatan pembangunan sesuai isu-isu yang relevan di perbatasan.
Dr. Sales sebagai narasumber kedua dalam paparannya merujuk pada tema kegiatan, “Grand Narasi Pembangunan di Perbatasan RI-RDTL dalam Pertarungan Kepentingan Geopolitik dan Geostrategis”, menguraikan bahwa perbatasan RI-RDTL adalah topik “primadona/seksi untuk dibahas” yang melibatkan dimensi Ekonomi, Hukum, Politik, dan Sosial Budaya, serta aspek Administrasi Pembangunan dan Pertahanan Keamanan (Hankam). Ia merekomendasikan pendekatan Inklusif, Strategi Kelembagaan, dan Desentralisasi Asimetris, dengan mempertimbangkan Kearifan Lokal, untuk penataan perubahan yang lebih baik.

Melengkapi paparan tersebut, Kepala Bidang Riset BAPPERIDA TTU, Maria Rofina Neonbeni, menjelaskan bahwa BAPPERIDA TTU dibentuk untuk “Mempercepat pembangunan dan meningkatkan daya saing daerah” melalui agenda riset terencana. BAPPERIDA TTU, yang visinya adalah “Terwujudnya Masyarakat TTU yang Sejahtera, Maju, dan Berdaya Saing” pada 2025-2029, telah melakukan riset fokus pada solusi lokal seperti penanggulangan stunting berbasis kearifan lokal, memastikan hasil penelitian dapat “diimplementasikan sebagai solusi nyata untuk permasalahan dan kebutuhan di daerah”.
Ketua Panitia, Kanisius Kono, S.Fil., M.Sos. yang dihubungi usai pelaksanaan kegiatan menegaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman komprehensif mahasiswa mengenai dinamika pembangunan perbatasan, sehingga peserta mampu menganalisis narasi yang berkembang dan mengidentifikasi peluang serta tantangan dalam mewujudkan pembangunan yang berdaulat, berkelanjutan, dan berkeadilan.




